JYK Fashion Brand

JYK Kembali Gebrak Panggung Mode Milan Bersama Batik Durian Lubuklinggau

Jakarta, 14 September 2022 – Untuk kali kedua setelah sukses membuat gebrakan tahun lalu, label fashion JYK yang digawangi desainer Jenny Yohana Kansil dan Batik Durian Lubuklinggau akan kembali tampil di panggung pekan mode Emerging Talents Milan Fashion Show yang berlangsung di Palazzo Visconti, Milan, Italia pada Rabu, 21 September 2022 mendatang.

Berbeda dengan tahun sebelumnya, kali ini JYK mengawinkan olah digital dengan warisan tradisional batik lewat cara mendesain ulang. JYK label berkolaborasi dengan artisan batik dalam menciptakan batik motif baru yang tampil lebih kontemporer dan diyakini dapat diterima oleh pasar internasional. 

Motif batik ini dibangun lewat gambar yang diolah dari foto durian langsung yang terdapat di kebun durian di Lubuklinggau, Sumatera Selatan. Eksplorasi bunga durian yang memiliki keindahan tersendiri ini menjadikannya fokus yang mungkin tidak banyak diketahui publik.

Koleksi Spring Summer 2023 yang diberi tajuk ‘Egalitarian’ ini mengambil siluet dari era 1970-an di mana melambangkan tahun kebebasan dan kesetaraan. Di samping itu, di tahun-tahun ini jugalah dianggap dekade paling modis sepanjang masa. Koleksi 10 busana ini terdiri dari rentang desain yang luas dari mulai rok mini hingga rok midi, dengan siluet A-line, modern crop top, siluet high waist, flared jeans hingga elegansi floral dengan desain koleksi yang didominasi lengan baju penuh statement. 

Gaya 1970-an juga mendeklarasikan diri bahwa ‘tak ada aturan dalam dunia mode’ yang selaras dengan DNA brand JYK yang berani mendobrak batas dan penuh imaji. Batik tradisional meninggalkan kesan alaminya ketika bertransformasi dalam desain yang sporty dan koleksi yang penuh warna yang tanpa ragu mengombinasikan bahan-bahan dari silk taffeta hingga stretch jersey, stripes heavy wool dan light silk organza, serta dilengkapi aksesori ribbon sporty. 

Tak hanya itu, semangat akan sustainable fashion juga masih diusung oleh JYK label, dengan koleksi kali ini yang menggunakan bahan organik dan kain batik sisa yang digunakan sebagai hiasan, appliqué, serta dirajut dengan teknik embroidery. 

Koleksi ini juga kembali menegaskan konsistensi JYK dengan brand DNA yang berani menembus batas setelah tahun lalu mengaplikasikan batik ke dalam style Punk, dan kini membawa batik dengan kombinasi style sporty. 

Ini dimunculkannya lewat mood warna yang didominasi warna netral berlapis seperti kombinasi coklat tua dan muda, yang secara mengejutkan memberikan warna baru yang mencolok mata. Di samping itu, juga terdapat permainan warna terang seperti biru dan oranye yang menciptakan tampilan yang sporty. Warna ini diseimbangkan oleh warna clay Italia, sentuhan pink dan hijau. Keberagaman warna dalam koleksi ini setara dan sama rata. 

Inspirasi Koleksi

Mengusung tema ‘Egalitarian’, atau egaliter, koleksi kali ini mengusung konsep equality atau kesetaraan, keyakinan akan persamaan hak, dan kesempatan yang sama setiap individu. 

Gagasan ini muncul dari berbagai peristiwa di dunia saat ini, dari mulai reaksi dunia terhadap perang yang melanda Rusia-Ukraina yang melempar ingatan pada era 1970-an, tahun di mana orang-orang memprotes perang Vietnam dengan adanya peran negara adidaya dibaliknya. Pada akhirnya, tak peduli ras, jenis kelamin, status sosial dan negara, kita semua adalah sama. Kita adalah homo sapien yang menghadapi persoalan yang sama dan merasa terancam keberadaannya; dari mulai pandemik covid, pemanasan global, berkurangnya pasokan sumber daya, kemiskinan, pendidikan dan pemberdayaan, kesetaraan gender, persoalan hak asasi manusia, dan makin parah dengan isu terkait perang dan nuklir. 

Koleksi ‘Egalitarian’ kemudian juga menjadi kebutuhan akan rasa damai sehingga kita semua, manusia, bisa dapat hidup berdampingan menciptakan ruang yang lebih baik. Kita semua diciptakan untuk hidup bebas, dan menggunakan kebebasan kita tersebut untuk membantu orang lain dengan rasa kasih bukan memanipulasinya untuk malah mengukung kebebasan tersebut. 

Dan berbicara terkait kasih dan kebebasan, ada satu cerita dari Lubuklinggau di mana batik ini berasal yang juga mengusung keduanya. Cerita tersebut dikenal dengan Legenda Putri Silampari yang mengungkapkan kesetaraan, pemberdayaan dan sosok perempuan yang tangguh dari Lubuklinggau.

Kisah ini beragam versi, tapi dalam hal ini yang diambil adalah semangat dari sosok Putri Silampari yang  menyadari  kekuatan dan kebebasannya untuk mempunyai posisi yang equal atau sama dengan laki-laki. Sosok yang tidak mudah menyerah dan mampu membuat keputusan untuk dirinya sendiri. 

Konon, Putri Silampari, adalah putri dari pasangan Selendang Kuning dan Raja Linggau. Kecantikannya terdengar sampai ke telinga Pangeran Palembang sehingga ia berkeinginan untuk meminang  Putri Silampari untuk menyatukan Palembang dan Lubuklinggau. Namun, Sang Putri yang punya prinsip dan tidak mudah menyerah menolak pinangan tersebut. Saudara laki-lakinya, Pangeran Linggau kemudian membuat lubuk, cekungan yang dalam di dasar sungai, untuk tempat persembunyian sang putri. (Yang kemudian ditengarai menjadi cerita lahirnya nama Lubuklinggau).  

Pada satu masa setelah menghadapi banyak rintangan dalam hidupnya, sang Putri kemudian meminta pada dewata untuk diangkat ke khayangan. Sejak itu ia menghilang dan tak bisa ditemui lagi. Putri Silampari diyakini menghilang di Bukit Sulap, bukit di Lubuklinggau yang selalu tampak berbeda atau kadang menghilang penampakannya. Hilangnya sang putri mencegah terjadinya perang yang tidak diinginkan. 

Oleh karenanya kemudian kota Lubuklinggau juga kerap dikenal dengan sebutan Tanah Silampari, dan nama yang sama juga digunakan untuk bandaranya yakni Silampari Airport. Apa makna dari Silampari? Silam yang berarti ‘hilang’, dan Pari berarti ‘putri’, yang jika digabungkan menjadi ‘putri yang hilang’. 

Kisah Putri Silampari adalah representasi dari sosok perempuan tangguh yang juga menyimbolkan kesetaraan di mana perempuan mampu membuat keputusannya sendiri untuk menentukan nasib di tengah-tengah tekanan dari dua cinta yang ada di sekitarnya, dari keluarga dan dari pria yang mencintainya. Di samping itu, kisah ini juga menunjukkan bagaimana kesetaraan ini membawa pesan akan tidak adanya lagi pertentangan, karena semua pihak -perempuan dan laki-laki- saling dukung satu sama lain, dengan rasa cinta. 

“Cinta harusnya membebaskan satu sama lain, bukan mengikat atau mengukung kebebasan itu sendiri,” tambah Jenny. 

Kolaborasi kedua JYK Fashion Label dan Batik Durian Lubuklinggau yang digagas Yetti Oktarina Prana, Ketua Dekranasda Lubuklinggau ini dijadwalkan akan ditampilkan di Palazzo Visconti, di Modrone via Cino del Duca 8, Milan Italia pada Rabu, 21 September 2022 pukul 18.00 waktu Milan, atau 23.00 WIB Jakarta. 

Kolaborasi ini juga turut didukung oleh Bank Sumselbabel, Istituto Di Moda Burgo Milan dan Istituto Di Moda Burgo Indonesia. Presentasi show juga turut didukung Batik Madani (batik durian Lubuklinggau).* 

Tentang JYK Label 

JYK adalah label busana wanita siap pakai dengan DNA yang mengambil inspirasi dari warisan tradisional Indonesia yang otentik dan menerapkan konsep sustainable dan ethical fashion. Label ini merupakan kaleidoskop gerakan budaya anak muda yang berani, penuh energi, dan memberikan inovasi dan terobosan baru. Nama label JYK sendiri adalah singkatan dari Jenny Yohana Kansil sebagai desainer label ini. Jenny adalah alumni dari beberapa sekolah mode bergengsi di Italia dan London. Sebagai alumni Istituto Di Moda Burgo, Jenny dipercaya untuk membuka Istituto di Moda Burgo di Indonesia. Dengan berbagai pengalaman yang unik di bidang keuangan, psikologi, dan fashion, Jenny juga seorang ibu, desainer, pebisnis dan pendidik.

Tentang Batik Durian Lubuklinggau 

Digagas pertama kali pada 2013 oleh Yetti Oktarina Prana, Ketua Dekranasda Lubuklinggau, batik durian Lubuklinggau pada awalnya bermotif durian belah dan sudah dipatenkan. Seiring berjalannya waktu, motif durian tersebut berkembang dan menjadi lebih variatif serta dibebaskan sesuai kreativitas. Hingga saat ini, terdapat tiga sentra pengrajin batik Lubuklinggau dengan produksi batik ratusan setiap bulannya. Rina Prana, demikian ia biasa disapa juga secara rutin  menggelar pelatihan batik untuk memberdayakan masyarakat Lubuklinggau dan para pengrajin batik.

 

Share

You may also like

Press Release